Beberapa waktu yang lalu saya pulang untuk berlibur ke kota
saya. Di perjalanan, kalau tidak salah di daerah Jabiren Kabupaten Pulang Pisau
alangkah kagetnya saya melihat ada mobil minibus warna merah hati yang
tergeletak ditepi jalan dalam keadaan rusak berat. Bagian depan mobil itu
hancur. Saya tak ingin membayangkan apa yang terjadi pada para penumpangnya.
Baru kemudian saat di rumah, saya mengetahui bahwa lima dari tujuh orang
penumpang mobil itu meninggal dunia
karena kecelakaan itu. Tragisnya mereka satu keluarga...
Sekedar informasi, lokasi tempat kecelakaan mobil tersebut
memang masuk kategori rawan kecelakaan. Selain memang jalan mulus dan lurus,
kecepatan kendaraan memang tergolong tinggi. Selain itu, ada faktor mistis yang
dipercaya menjadi penyebab kecelakaan di situ sering terjadi. Mungkin saya akan
membagi penglaman pribadi saya saat melewati jalur tersebut beberapa bulan yang
lalu (dari tanggal post ini).
Liburan semester 6 kemarin, kami sekeluarga pergi ke Pulang
Pisau untuk mengantar mama yang bekerja di sana. Beberapa kali saya mengantar
mama, sehingga saya lupa kejadian ini tepatnya terjadi tanggal berapa dan pada
perjalanan yang mana.
Siang itu kami berencana pulang karena papa harus harus
bekerja keesokan harinya, sedangkan mama tetap tinggal di Pulang Pisau. Setelah
berdoa, aku, papa dan Alan berangkat. Aku jadi driver, papa disamping,
sedangkan Alan di kursi tengah. Avanza kami stabil ada di kecepatan 40-50 km
per jam. Awalnya kami bertiga ngobrol sepanjang perjalanan, tapi setelah
beberapa lama kami diam dalam pikiran masing-masing. Memasuki daerah Jabiren
aku mulai merasa ada yang aneh, sesuatu yang ga bisa kujelaskan tapi bisa
kurasakan, kalau ada sesuatu yang salah, tapi ga tau apa yang yang salah itu.
Tak lama kemudian, ada kendaraan lain di depan kami, tiba-tiba saja saya
menginjak gas kencang, berusaha mendahului mobil di depan saya. Papa kaget dan
mengingatkan saya untuk berhati-hati, tetapi ada yang aneh waktu itu dengan
saya, sehingga ucapan papa ga didengar sama sekali. Saya hanya fokus bagaimana
caranya mendahului mobil di depan saya, seakan-akan ada yang suara “ayo lewati,
ayo cepat”, ada di pikiran saya sehingga saya dengan nekatnya menempel mobil
(yang sepertinya ga memberi jalan buat saya untuk menyelip) dengan kecepatan
tinggi.
Tak lama kemudian saya mulai ga sabar dan mengambil jalan
kanan (jalur berlawanan) dan dengan nekatnya mendahuli mobil tersebut tanpa
mempertimbangkan adanya kendaraan dari arah berlawanan. Papa saya disamping
kaget dan duduk tegang sambil bilang, “Nak, HATI-HATI!” Dan saat mobil saya
mulai sejajar dengan mobil itu, saya kaget melihat apa yang ada didepan saya.
Seperti dipukul dan disadarkan, otak saya kembali bekerja dengan cepat.
JEMBATAN! Yang tidak saya sangka-sangka ada didepan kami. Sepersekian detik
saya berpikir cepat dan memutuskan untuk
mengerem dan dengan cepat mengambil posisi dibelakang mobil yang tadi
sambil berharap ga ada mobil yang datang dari arah berlawanan. Saya berhasil!
Tuhan menolong kami! Setelah itu, saya menepikan mobil saya dan turun sejenak
melepas ketegangan. Sambil mencuci muka, saya liat muka papa juga tegang. Hanya
Alan yang ga tegang. Setelah beberapa lama, kami kembali melanjutkan perjalanan.
Bukanlah kebiasaan saya untuk ugal-ugalan dan ngebut di
jalan. Kalau mau menyelip, biasanya saya baru berani kalau kendaraan arah
berlawanan ada pada jarak 300-400 meter.
Bahkan dibanding orang lain, saya termasuk yang paling hati-hati masalah
berkendara. Hanya saja waktu itu, kata papa saya, saya memang aneh. Bukan saya
yang biasa.
Ada tips buat teman yang biasa lewat jalur yang udah saya
sebut diatas. Yang pertama, jangan lupa berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Yakinlah
bahwa pada saat dijalan bahwa yang Maha Kuasa melindungi. Yang kedua, jangan
pergi jika tubuh kurang fit. Yang ketiga, jangan kehilangan konsentrasi. Kalau
yang pake motor berbonceng berdua, bisa sambil ngobrol dan saling mengingat kan
tapi tetap hati-hati. Kalau yang pake mobil, ajak si driver ngobrol, jangan
biarkan pikirannya kosong, sambil tetap mengingatkan di driver pada jalan.
Itu mungkin KOKO DURA
BalasHapus